4.27.2008

(This Is Not An) Art Of Choosing

What makes human, human? It is because they have brain....

Seorang motivator yang sangat menginspirasi saya pernah berkata, manusia diciptakan untuk bisa belajar dari semua yang dialaminya. Kita harus menghadapi dan memikul beban yang diberikan kepada kita. Beban bukanlah untuk dihindari. Dari situlah kita bisa menjadi kuat, dan semakin kuat. Pernah dengar apa yang dialami oleh seorang astronot ketika berada di luar angkasa? Ketika hidup di ruang hampa tanpa gaya gravitasi, yang terjadi adalah otot mereka melemah, dan tulang-tulang mereka pun mengecil. Kita bisa belajar dari analogi ini. Ketika seseorang hidup tanpa beban, dia melemah. Dia tidak sadar bahwa dirinya sebenarnya sedang memperkecil dan semakin mengurangi daya (tahan) mereka terhadap lingkungannya.

Ketika kita menganggap sesuatu adalah masalah bagi kita, terutama dengan menganggapnya sebagai masalah yang berkepanjangan, sesungguhnya kita sedang terjebak dengan batasan-batasan dalam diri kita yang telah kita buat. Yang harus kita lakukan sesungguhnya adalah belajar dari masalah itu. Pelajari sesuatu darinya agar dapat tumbuh menjadi lebih besar dari batasan-batasan yang kita buat. Pada akhirnya, pilihan harus dibuat. Berlarut-larut di dalamnya, atau belajar darinya.

Salah satu cerita menginspirasi yang hingga kini terus melekat dalam ingatan saya adalah cerita tentang “Si Lebai malang”. Saya membacanya (kalau tidak salah) ketika kelas 3 atau 4 SD. Ceritanya, Lebai (*adalah sebuah nama) yang tinggal di tengah-tengah perbatasan antara dua desa, mendapat kabar akan ada hajatan besar di kedua desa itu. Jarak antara kedua desa itu sangat jauh, sehingga, mau tidak mau, Lebai harus memilih akan pergi ke desa yang mana. Dia lalu memilih desa pertama. Saat pergi ke desa itu, Lebai mendapati bahwa makanan yang disajikan adalah daging ayam, dan bukan daging kambing atau domba seperti yang biasanya disajikan di hajatan-hajatan besar. Pikirnya, di desa kedua pasti lebih ramai dan mewah makanannya. Maka, alih-alih menghadiri hajatan dan makan di desa pertama, Lebai malah pergi menuju ke desa kedua, padahal jarak tempuhnya akan menjadi dua kali lebih lama. Perjalanan panjang pun di tempuh. Desa kedua sudah terlihat di depan. Saat sampai, ternyata acara hajatannya tidak begitu mewah. Makanan yang disajikan pun hanya seadanya, berupa lauk telur, tahu dan tempe. Ternyata, sang kepala desa lebih memilih merayakannya secara sederhana, agar uangnya bisa disumbangkan kepada warga yang tidak berkecukupan. Merasa kecewa, Lebai pun berpikir. Dia lalu memutuskan untuk kembali lagi ke desa pertama, untuk makan daging ayam. Perjalanan jauh dan melelahkan pun kembali ditempuhnya hingga tenaganya terkuras habis. Namun apa yang terjadi? Ketika sampai di desa pertama, ternyata hajatan yang disambanginya telah selesai. Para tamu telah pulang dan makanan pun ludes tak bersisa. Si Lebai malang gigit jari, menyesali dirinya.

Pilihan harus dibuat. Setiap pilihan berada dalam tingkatan posisi yang sama. Pilihan yang satu tidaklah lebih baik dari yang lainnya. Ketika mengambil suatu pilihan di mana kita segera merasakan kesenangan di dalamnya, dan jika kita terbuai dengannya, sesungguhnya itu adalah pelemahan mental kita. Hingga pada saatnya, saat kita terjatuh secara tiba-tiba, kita tidak akan siap. Sementara jika kita mengambil pilihan lain, di mana setelah menjalaninya ternyata merupakan sesuatu yang tidak menyenangkan, sesungguhnya itu adalah proses penguatan mental kita. Pada saatnya nanti, jika kita telah siap dan mampu beradaptasi dengan belajar dari hal-hal di dalamnya, kita akan mampu bangkit dengan kekuatan hasil proses kita belajar.

Cerita Lebai malang mengingatkan saya kepada seseorang yang saya kenal. Berada di antara dua pilihan, ternyata tidak serta merta membuatnya belajar akan sesuatu. Dia mau yang “ini”, tapi juga mau yang “itu”. Padahal, dalam hal ini, pilihan harus mutlak diambil. Namun, ia terlalu berlama-lama dan larut dalam “kesadaran palsu”. Akhirnya, seperti yang sudah saya bayangkan, ia pun tidak mendapatkan keduanya. Yah, paling tidak setelah ini ia bisa mengambil pelajaran. Itu juga kalau ia mau belajar dari hal yang dialaminya.

No comments: