7.24.2008

Perjuangan Si Komo Belum Berakhir

Awalnya saya agak kaget ketika stasiun radio favorit saya mendadak membicarakan tentang anak-anak. Mulai dari permainan-permainan tradisional yang sudah terlupakan, acara-acara televisi yang semakin tidak mendidik dan sebagainya. Padahal segmen pendengarnya adalah remaja. Bahkan mereka mengundang tokoh pengisi suara Ulil (Ulat Jahil) yang dulu pernah tampil di serial boneka Si Komo. Tidak lama berselang, perbincangan yang membangkitkan memori masa kecil itu lalu kembali mengejutkan saya. Suara Si Komo terdengar on air dari seberang. Ya, meskipun Si Komo tidak bisa datang langsung ke studio siaran, penyiarnya menyambungkan suara khas milik Kak Seto itu lewat telepon. Weleh...weleh...saya pun jadi senyum-senyum sendiri. Kontes menghafal lagu tema serial Si Komo pun menjadi salah satu segmen acara dadakan yang benar-benar menggelitik. Tentu saja hal itu juga menjadi hiburan tersendiri bagi para penyiarnya, yang rata-rata berumur 23 s.d. 24 tahun, yang juga seangkatan dengan saya. Dan pada akhirnya, saya baru sadar bahwa tanggal 23 Juli merupakan Hari Anak Nasional. Oh...pantas saja kalau begitu.

Hari ini, saya benar-benar terbuai oleh kenangan-kenangan masa kecil saya. Saya ingat, keberuntungan saya dalam memenangkan hadiah, bahkan sudah dimulai sejak saya SD (waktu itu saya mendapatkan hadiah kaos Daffy Duck dari majalah komik Looney Tunes). Tentu saja ketika itu saya sangat senang. Karena, saya yang saat itu menetap di Timor-Timur, tidak menyangka akan berhasil memenangkan hadiah dari sebuah majalah terbitan Jakarta.

Hal lain yang membuat saya teringat masa-masa kecil saya adalah lagu anak-anak. Ya, setelah saya dikuasai euforia kenangan masa kecil, saya langsung mengacak-acak rak kaset di ruang atas. Saya mencari beberapa kaset yang dulu saya dengarkan. Seingat saya sih, kalau belum berpindah tangan, kaset-kas
et lama itu seharusnya masih berada di sana.

Aha! Dapat! Ada tiga buah kaset yang saya temukan. Seharusnya sih, lebih dari itu. Tapi saya malas mencarinya lebih lama. Hehehe...saya langsung sumringah ketika melihat sampul kaset yang saya pegang. Yang pertama yaitu kaset “Lagu-Lagu TK”, yang sebagian besar berisi lagu-lagu ciptaan Bu Kasur. Kalau tidak salah ingat, ini adalah kaset pertama yang dibelikan orangtua saya. Gambar Donald Duck yang berada di sampul depan pun membuat saya bertanya-tanya: apakah mereka membayar royalti untuk itu?.

Berikutnya, kaset kedua yaitu Operet Bobo yang berjudul “Penyerbuan Ke Planet Elekton”. Saya ingat, kaset itu dibeli saat kami tinggal di Surabaya. Kaset itu seharusnya satu paket dengan buku cerita bergambar yang berisi ilustrasi cerita operet itu. Tapi buku cerita itu sepertinya sudah lama hilang. Tapi memang sepertinya Bobo sangat konsisten dalam membuat operet yang ditujukan bagi anak-anak. Saya sempat beberapa kali memerhatikan penayangannya di sebuah stasiun televisi swasta. Bagus lah.

Kaset lainnya yang saya temukan yaitu Original Video Soundtrack dari serial Jepang “Denjin Zaboga”. Yang satu ini sebenarnya sangat konyol. Bagaimana tidak? Keseluruhan isi kaset ini benar-benar merupakan rekaman track audio dari salah satu episode serial “Denjin Zaboga” (yang kala itu hanya diedarkan dalam bentuk VHS) yang berbahasa Jepang! Begitu juga side B kaset ini yang berisi audio track dari serial “Defender Of the Earth” yang bercerita tentang Flash Gordon dan teman-temannya. Dalam bahasa Inggris pula! Tahu apa anak seusia saya waktu itu...? Hahaha. Tapi saya ingat, yang saya dapat waktu itu adalah kesenangan dalam menghayal dan berfantasi seolah-olah menjadi tokoh utama di cerita itu. Meskipun tidak mengerti bahasa dan jalan ceritanya, efek bunyi-bunyian dan intonasi suara para pemainnya sepertinya berhasil membius saya untuk “terlibat” lebih jauh di dalam cerita itu, dibandingkan hanya sekedar mendengarkan. Mungkin juga karena hal inilah saya pun menjadi gemar mendengarkan sandiwara radio “Tutur Tinular” dan “Babat Tanah leluhur” yang sering diputar di radio lokal di sana. Hidup Arya Kamandanu!

Eh, tapi tunggu dulu. Mata saya tiba-tiba melihat sebuah kaset yang tidak asing lagi. Judulnya “20 Super Hits: Lagu Terpopuler 1991”. Ya, kaset ini juga sering saya dengarkan lho... Sebenarnya ini milik ibu saya. Namun karena sering disetel dan selalu terdengar di telinga, saya pun jadi ikut-ikutan sering memutarnya. Ya..ya..ya...pantas saja sampai saat ini saya masih mengidolakan lady rocker macam Anggun C. Sasmi dan Nike Ardilla. Hehehehe.... Tapi tentu saja Oasis, Blur, Radiohead dan Kula Shaker tetap menjadi influence utama saya, yang besar dalam scene British Invasion.

Tapi jika melihat kondisi anak-anak kecil jaman sekarang memang menyedihkan. Penyanyi-penyanyi cilik berkualitas menjadi hal yang sangat langka. Bahkan album-album lagu yang diperuntukkan bagi anak-anak pun susah ditemui. Era Joshua dan Trio Kwek-Kwek sepertinya akan menjadi era penutup bagi kemunculan penyanyi-penyanyi cilik berkualitas, jika tidak ada lagi produser untuk lagu anak-anak yang mau peduli. Ayolah, sudahi dulu memproduseri band-band baru yang mendayu-dayu itu. Kasihanilah anak-anak Indonesia yang bernyanyi lagu cinta dan patah hati. Sadarlah wahai pemilik modal!

Yang lebih mengagetkan saya, bahkan di acara perayaan Hari Anak Nasional kemarin, ada salah satu butir petisi dari anak-anak Indonesia yang dilarang dibacakan di depan presiden. Isi butir petisi itu adalah pernyataan mereka yang menuntut dibentuknya departemen khusus di pemerintahan yang mengurusi masalah anak-anak. Padahal, tidak harus membentuk kementrian khusus kok. Sebuah lembaga, asal diprakarsai oleh pemerintah pun, sudah lebih dari cukup. Jika pemerintah saja tidak mau ikut campur, lalu siapa lagi yang mau mengurusi anak-anak Indonesia?

Tapi saya tetap menaruh harapan pada orang-orang yang masih peduli pada anak-anak. Salah satunya buat band Naif, yang patut diacungi dua jempol karena telah merilis proyek lagu anak-anak sebagai Bon Bin Ben. Selain itu, toh masih ada serial Jalan Sesama (yang merupakan Sesame Street-nya Indonesia), Si Bolang – bocah petualang, dan beberapa tayangan khusus anak-anak lainnya yang bersifat edukatif. Apalagi setelah ada bocoran bahwa serial Si Komo akan dibuat versi barunya. Apa?! Ya, betul. Kak Seto akan membuat versi baru dari boneka komodo itu. Yihaa! Nonton ah.... Ayo Komo! Perjuangan belum berakhir!

2 comments:

pencakar langit said...

Hahahaha...lo emang bener2 jadul...hihihihihi peace.

Question Quince said...

ye..bukan gt..lagi into 80s nih...