10.15.2008

Aku? Kami!

Beberapa hari setelah liburan Idul Fitri selesai, rasanya tiba-tiba rumah menjadi sepi. Yah, tidak terlalu sepi sih... Hanya saja, sepertinya di saat bulan puasa, malam pun terasa ramai. Apalagi ketika sahur. Duh, sepertinya saya merindukan bulan Ramadhan. Selain bisa menuai banyak pahala tentu saja, bulan Ramadhan-lah yang bisa membuat saya kenyang di saat makan walau dengan porsi yang sedikit. Ramadhan pula-lah yang selalu membuat saya bertemu waktu subuh tanpa telat sedikit pun. Saya benar-benar merindukannya... Namun ada sesuatu yang benar-benar ‘menohok’ saya di bulan Ramadhan yang lalu. Sebenarnya sih, ini mungkin bukan masalah yang penting. Tapi..ah, menurut saya ini cukup penting kok....

Jadi begini. Suatu waktu, entah kenapa, tiba-tiba saya merasa aneh ketika mendengarkan lagu tema sinetron favorit saya saat menyantap sahur. Ya, “Para Pencari Tuhan” adalah salah satu dari sedikit judul sinetron yang bisa saya nikmati jalan ceritanya. Apalagi ini merupakan sekuel kedua dari sinetron religi yang memulai debut pertamanya setahun yang lalu. Artinya, saya sudah setia mengikuti jalan ceritanya hampir selama dua tahun berturut-turut, di saat bulan ramadhan tiba. Tapi, apa sih yang membuat saya tiba-tiba merasa aneh? Saya lalu mengerutkan dahi. Otak saya kemudian berpikir keras menganalisa keanehan yang tiba-tiba terasa.

Saya lalu dengan seksama mendengarkan lagu “Para Pencari Tuhan” yang dinyanyikan oleh band Ungu. Aha! Saya tahu! Lirik lagu temanya-lah yang tidak lazim. Ada sedikit keganjilan di liriknya. Coba simak saja bagian refrain-nya:

Akulah para pencari-Mu ya Allah
Akulah yang merindukan-Mu ya Robbi
Tunjukkanku jalan yang lurus untuk ku tapakkan langkahku
Akulah para pencari-Mu ya Allah
Akulah yang merindukan-Mu ya Robbi
Hanya ditangan-Mu ya Allah, tempat ku pasrahkan hidupku




Coba perhatikan lebih lanjut bagian lirik “Akulah para pencari-Mu”. Subyek tunggal “aku” dirangkai dengan kata “para” yang merupakan bentuk jamak. Aneh bukan? Kalau menurut saya, seharusnya...“Akulah sang pencari-Mu”, atau “Kamilah para pencari-Mu”. Iya kan? Betul tidak? Saya tidak salah kan? Hehehe....

Kalau dipikir-pikir, sangat aneh membayangkan kejadian ini. Berapa banyak dari 230 juta jiwa penduduk Indonesia yang menyadari hal ini? Yah, meskipun tidak sepenting peristiwa kenaikan harga BBM dan ditangkapnya Ryan, saya merasa sudah ‘tertipu’ dan ‘terlena’ selama setahun belakangan. Memangnya apa sih yang saya kerjakan setahun yang lalu, di saat sinetron “Para Pencari Tuhan” sesi pertama mulai menggunakan theme song lagu dari band Ungu ini, sehingga saya benar-benar tidak menyadari ‘keanehan’ ini? ^^;

4 comments:

Desy Yusnita said...

ost tdk harus sama dengan judulnya saya rasa.

lirik disini menggambarkan setiap individu dr pemeran para pencari TUHAn tsb...

jd setiap individu tsb terkesan masing2 menyanyikan lagu tsb

qra2 lo ngerti g yah koment gw hehehe

Anonymous said...

hehehe..tadinya sih gw berpikir hampir spt itu..tapi..kayaknya terlalu dipaksakan..
mungkin (entah ya..) sptnya "judul" dan "lirik" lagu di dalamnya hrs sama dgn sinetronnya..
kira2 spt itu..

mungkin harus ada seorang ahli bahasa yang (cukup) concern dgn masalah (yg tdk penting) ini..wehehehe..

Anonymous said...

maigat gw pikir gw doang yg nyadar, soalnya wkt gw bilang itu salah ke kakak gw, dia bilang kalo gw aneh bgt! tje FUK!

Question Quince said...

hahaha...ternyata msh ada yg blm sadar ^^