Wheew, it's been so long since I left that "you-know-what" land. Damn! Tak terasa September ini benar-benar sudah 10 tahun lebih. Hmm..gue inget, awal masuk SMU tahun ajaran 97/98, memakai seragam ex-SMP bawaan dengan terdapat lambang 3 strip biru (dimana tak ada satu SMP pun di kota ini yang mempunyai lambang di lengan baju seragam ala militer sebagai penanda tingkatan kelas). Alhasil, gue diberondong oleh berbagai pertanyaan. Huehehe... Akhirnya, setelah dapet kelas en-de-bre en-de-bre, jadilah diriku ketua kelas akibat asal SMP nan jauh di mato, dan lambang aneh itu! Wahahaha..what a memory!
By the way, anyway, busway...ini bener-bener sudah 10 tahun! 10 tahun, Jo! Jikalau kota itu tidak dilanda situasi yang tidak kondusif, gue bener-bener betah disana. Di jakarta, orang harus memilih saat mereka akan pergi ke gunung atau ke pantai. Tapi di sana, you can have them both! Berada di pantai, dengan pemandangan gunung di belakang. Yah, minimal barisan bukit yang tidak terlalu hijau lah...
Di saat orang-orang Jakarta sangat bersemangat menuju Ancol atau Anyer, gue males. Agak-agak kurang. Tak ada yang bisa menyamai pantai Liquisa, Pasir Putih atau Farol. Bayangkan, 10 menit ngebut naik sepeda dari rumah, kita bakal nyampe di Farol. Aduh..aduh..suasana kota tepi laut yang menyenangkan! Kota yang kecil, hingga orangtuamu akan mengenal setengah dari populasi penduduk yang pekerjaannya PNS dari departemen pemerintah. Kota yang ramah, hingga berbagai macam etnis di Indonesia banyak yang datang dan saling berbaur. Hingga...tragedi itu terjadi. Tragedi Santa Cruz yang merubah segalanya! Awal dari merebaknya isu-isu politis yang merambah ke SARA. Awal dari pupusnya harapan akan kehidupan baru di kota itu. Merubah pandangan orang-orang pribumi terhadap keberadaan pendatang. Benar-benar berdampak pada seorang teman yang menjadi musuh! Ouch!
Huff...ya sudahlah...kota itu tak akan kembali...
But, it was so much fun back then... Masa-masa pertemanan yang bahkan tetap terjalin hingga saat ini (thanks to this Friendster thing..), hingga first crush yang kini tak terdeteksi (hehehe, seperti apa ya dirimu kini?). Trus..kuliner yang ngangenin, dari sate pak haji (yang segede-gede gaban), nasi goreng segitiga (believe me, they didn't put any soybean ketchup in it!), gule Kamin (beli seporsi, gratis seporsi..karena udah kenal) dan makanan-makanan lainnya yang "tinta maharani" a.k.a. tidak mahal, yang apabila dengan sangat niat gue sebutin, puasa gue hari ini bisa bermasalah...hehehe...
By the way, anyway, busway...ini bener-bener sudah 10 tahun! 10 tahun, Jo! Jikalau kota itu tidak dilanda situasi yang tidak kondusif, gue bener-bener betah disana. Di jakarta, orang harus memilih saat mereka akan pergi ke gunung atau ke pantai. Tapi di sana, you can have them both! Berada di pantai, dengan pemandangan gunung di belakang. Yah, minimal barisan bukit yang tidak terlalu hijau lah...
Di saat orang-orang Jakarta sangat bersemangat menuju Ancol atau Anyer, gue males. Agak-agak kurang. Tak ada yang bisa menyamai pantai Liquisa, Pasir Putih atau Farol. Bayangkan, 10 menit ngebut naik sepeda dari rumah, kita bakal nyampe di Farol. Aduh..aduh..suasana kota tepi laut yang menyenangkan! Kota yang kecil, hingga orangtuamu akan mengenal setengah dari populasi penduduk yang pekerjaannya PNS dari departemen pemerintah. Kota yang ramah, hingga berbagai macam etnis di Indonesia banyak yang datang dan saling berbaur. Hingga...tragedi itu terjadi. Tragedi Santa Cruz yang merubah segalanya! Awal dari merebaknya isu-isu politis yang merambah ke SARA. Awal dari pupusnya harapan akan kehidupan baru di kota itu. Merubah pandangan orang-orang pribumi terhadap keberadaan pendatang. Benar-benar berdampak pada seorang teman yang menjadi musuh! Ouch!
Huff...ya sudahlah...kota itu tak akan kembali...
But, it was so much fun back then... Masa-masa pertemanan yang bahkan tetap terjalin hingga saat ini (thanks to this Friendster thing..), hingga first crush yang kini tak terdeteksi (hehehe, seperti apa ya dirimu kini?). Trus..kuliner yang ngangenin, dari sate pak haji (yang segede-gede gaban), nasi goreng segitiga (believe me, they didn't put any soybean ketchup in it!), gule Kamin (beli seporsi, gratis seporsi..karena udah kenal) dan makanan-makanan lainnya yang "tinta maharani" a.k.a. tidak mahal, yang apabila dengan sangat niat gue sebutin, puasa gue hari ini bisa bermasalah...hehehe...
Yang pasti aku akan selalu merindukanmu, kotaku. Kota yang telah membuatkanku akte kelahiran dengan dua bahasa, Indonesia & Portugis. Kota yang mengenalkanku dengan alat musik pertamaku, keyboard. Kota yang mengajariku PC game untuk pertama kalinya, Digger. Kota yang tak akan pernah hilang dari ingatan...kota Dili-ku. Thanks to Rita Effendi who sung "Januari Di Kota Dili". What a song! Sampai bertemu lagi kota Dili-ku. I miss you badly.
No comments:
Post a Comment